KEBUDAYAAN SUKU BATAK
KEBUDAYAAN SUKU BATAK
PENDAHULUAN
1.Latar
Belakang
Seperti
yang kita ketahui Indonesia adalah Negara dengan berbagai macam suku dan
budaya. Dari sabang sampai merauke terbentang pulau-pulau yang didalamnya
terdapat berbagai macam suku dan budaya Bangsa Indonesia. Secara utuh kami kutip
penjelasan pasal 32 Undang-Undang 1945 yang menyatakan bahwa “Kebudayaan Bangsa
ialah kebudayaan yang timbul sebagai usaha budidaya rakyat Indonesia
seluruhnya”. penjelasan ini memberi arah kepada kita bahwa kebudayaan nasional
tetap dan harus berdasar serta berakar pada puncak-puncak kebudayaan asli di
daerah-daerah. Keanekaragaman kebudayaan dan masyarakat Indonesia diwarnai oleh
kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan, dengan demikian puncak-puncak
kebudayaan lama dan asli tersebut mestilah memiliki unsur kebudayaan yang
memenuhi syarat menuju kearah kemajuan adab, budaya dan persatuan bangsa.
Batak sendiri merupakan salah
satu jenis suku dari puluhan suku yang ada di Indonesia. Batak adalah suku yang
terdapat di bagian Sumatra Indonesia. Banyak orang mengenal bahwa suku batak
itu sendiri merupakan suku yang keras dan memiliki tempramen yang tinggi.
Mungkin itu terjadi karena letak dari suku tersebut yang ada dibagian ujung
Indonesia dan sebenarnya semua dari suku batak tersebut serupa dengan
sifat-sifatnya.
Pada makalah ini, kami akan
membahas secara rinci tentang kebudayaan suku batak. Mata pencaharian
masyarakat suku batak,adat istiadat yang biasa dilakukan oleh suku
batak,kepercayaan yang dianut suku batak,kesenian suku batak,serta sistem
kekerabatan yang ada didalam kebudayaan suku batak.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Mata Pencaharian
Mata Pencaharian Hidup sebagian besar
masyarakat batak bercocok tanam di irigasi dan ladang. Suku batak masih
menggarap tanahnya menurut adat kuno.Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga
mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun
tanah yang dimiliki perseorangan
Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba. Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, tembikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata.
Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba. Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, tembikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata.
2.
Sistem Kekerabatan
Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah
pedesaan yang disebut Huta atau Kuta menurut istilah Karo. Biasanya satu Huta
didiami oleh keluarga dari satu marga. Ada pula kelompok kerabat yang disebut
marga taneh yaitu kelompok patrilineal keturunan pendiri dari Kuta. Marga
tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga. Klen kecil
tadi merupakan kerabat patrilineal yang masih berdiam dalam satu kawasan.
Sebaliknya klen besar yang anggotanya sdah banyak hidup tersebar sehingga tidak
saling kenal tetapi mereka dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang
selalu disertakan dibelakang nama kecilnya.
Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada
empat prinsip yaitu :
(a) perbedaan tigkat umur
(b) perbedaan pangkat dan jabatan
(c) perbedaan sifat keaslian dan
(d) status kawin.
Sistem kekerabatan patrilineal dengan dasar satu ayah, satu
kakek atau satu nenek moyang. Dalam masyarakat Batak hubungan berdasarkan satu
ayah disebut sada bapa (bahasa Karo) atau saama (bahasa Toba). Adapun kelompok
kekerabatan terkecil adalah keluarga batih (keluarga inti, terdiri atas ayah,
ibu, dan anak-anak) yang disebut jabu, dan ripe dipakai untuk keluarga luas
yang virilokal (tinggal di rumah keluarga pihak laki-laki). Dalam masyarakat
Batak, banyak pasangan yang sudah kawin tetap tinggal bersama orang tuanya.
3. Sistem Perkawinan
Perkawinan yang dianggap ideal di Suku Batak adalah perkawinan antara seseorang laki-laki dengan anak perempuan saudara laki-laki ibunya/perkawinan antara orang-orang rimpal (Marpariban)
Perkawinan yang dianggap ideal di Suku Batak adalah perkawinan antara seseorang laki-laki dengan anak perempuan saudara laki-laki ibunya/perkawinan antara orang-orang rimpal (Marpariban)
Perkawinan
pantangan :
1. Laki-laki
Batak pantang kawin dengan wanita dari marganya sendiri dan juga dengan anak
perempuan dari saudara perempuan ayah.
2. Laki-laki
Batak juga dilarang melakukan perkawinan Patri Parallel Cauosin.
Perkawinan umum :
Secara umum perkawinan bersifat eksogam sehingga mengenal marga pemberi gadis (hula-hula) dan marga penerima gadis (Boru). Sistem perkawinan ini disebut Connubium Asi Metris (Connobium Sepihak).
Hula-hula memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada Baru.
Selain perkawinan tersebut di atas ada adat perkawinan Levirat (lakoman) dan adat perkawinan Sororat.
Secara umum perkawinan bersifat eksogam sehingga mengenal marga pemberi gadis (hula-hula) dan marga penerima gadis (Boru). Sistem perkawinan ini disebut Connubium Asi Metris (Connobium Sepihak).
Hula-hula memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada Baru.
Selain perkawinan tersebut di atas ada adat perkawinan Levirat (lakoman) dan adat perkawinan Sororat.
Macam
Lakoman :
o
Lakoman Tiaken : Si Janda kawin dengan saudara
almarhum suaminya.
o
Lakoman Ngalihken Senina : Si Janda kawin dengan
saudara tiri almarhum suaminya.
o
Lakoman Ku Nandena : Si Janda kawin dengan anak
saudara almarhum suaminya.
Garis besar tata cara dan urutan pernikahan adat batak adalah sebagai
berikut:
1. Mangarisika.
2.Marhori-horiDinding/marhusip.
3.MarhataSinamot.
4. Pudun Sauta.
3.MarhataSinamot.
4. Pudun Sauta.
5. Martumpol (baca
: martuppol)
6. Martonggo Raja atau
Maria Raja.
7.Manjalo Pasu-pasu
Parbagason (Pemberkatan Pernikahan)
8. Pesta Unjuk.
9. Mangihut di
ampang (dialap jual)
10. Ditaruhon Jual.
11. Paranak makan
bersama di tempat kediaman si Pria (Daulat ni si Panganon)
12. Paulak Unea.
13. Manjahea.
14. Maningkir Tangga (baca : manikkir tangga)
4. Kepercayaan Agama
Sebelum masuknya
pengaruh agama Hindu, Islam, dan Kristen ke tanah Batak, orang Batak pada
mulanya belum mengenal nama dan istilah ‘dewa-dewa’. Kepercayaan orang Batak
dahulu (kuno) adalah kepercayaan kepada arwah leluhur serta kepercayaan kepada
benda-benda mati. Benda-benda mati dipercayai memiliki tondi (roh) misalnya:
gunung, pohon, batu, dll yang kalau dianggap keramat dijadikan tempat yang
sakral (tempat sembahan). Orang Batak percaya kepada arwah leluhur yang dapat
menyebabkan beberapa penyakit atau malapetaka kepada manusia. Penghormatan dan
penyembahan dilakukan kepada arwah leluhur akan mendatangkan keselamatan,
kesejahteraan bagi orang tersebut maupun pada keturunan. Kuasa-kuasa inilah
yang paling ditakuti dalam kehidupan orang Batak di dunia ini dan yang sangat
dekat sekali dengan aktifitas manusia.
Sebelum
orang Batak mengenal tokoh dewa-dewa orang India dan istilah ‘Debata’, sombaon
yang paling besar orang Batak (kuno) disebut ‘Ompu Na Bolon’
(Kakek/Nenek Yang Maha Besar). Ompu Nabolon (pada awalnya) bukan salah satu
dewa atau tuhan tetapi dia adalah yang telah dahulu dilahirkan sebagai nenek
moyang orang Batak yang memiliki kemampuan luar biasa dan juga menciptakan adat
bagi manusia. Tetapi setelah masuknya kepercayaan dan istilah luar khususnya
agama Hindu; Ompu Nabolon ini dijadikan sebagai dewa yang dipuja orang Batak
kuno sebagai nenek/kakek yang memiliki kemampuan luar biasa. Untuk menekankan
bahwa ‘Ompu Nabolon’ ini sebagai kakek/nenek yang terdahulu dan yang pertama
menciptakan adat bagi manusia, Ompu Nabolon menjadi ‘Mula Jadi Nabolon’
atau ‘Tuan Mula Jadi Nabolon’. Karena kata Tuan, Mula, Jadi berarti yang
dihormati, pertama dan yang diciptakan merupakan kata-kata asing yang belum
pernah dikenal oleh orang Batak kuno. Selanjutnya untuk menegaskan pendewaan
bahwa Ompu Nabolon atau Mula Jadi Nabolon adalah salah satu dewa terbesar orang
Batak ditambahkanlah di depan Nabolon atau Mula Jadi Nabolon itu kata ‘Debata’
yang berarti dewa (=jamak) sehingga menjadi ‘Debata Mula Jadi Nabolon’.
Jadi jelaslah, istilah debata pada awalnya hanya dipakai untuk penegasan bahwa pribadi yang disembah masuk dalam golongan dewa. Dapat juga dilihat pada tokoh-tokoh kepercayaan Batak lainnya yang dianggap sebagai dewa mendapat penambahan kata ‘Debata’ di depan nama pribadi yang disembah. Misalnya Debata Batara Guru, Debata Soripada, Debata Asi-Asi, Debata Natarida (Tulang atau paman dan orang tua), dll. Tetapi setelah masuknya Kekristenan (yang pada awalnya hanya sebatas strategi pelayanan) kata debata semakin populer karena nama debata dijadikan sebagai nama pribadi Maha Pencipta.
Orang batak mempunyai
konsepsi bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh Debata Mula Jadi
Nabolon dan bertempat tinggal diatas langit dan mempunyai nama-nama sesuai
dengan tugasnya dan kedudukanya. Debata Mula Jadi Nabolon: bertempat tinggal
dilangit dan merupakan maha pencipta. Siloan Nabolon: berkedudukan sebagai
penguasa dunia mahluk halus,menyangkut jiwa dan roh.
Suku Batak mengenal tiga
konsep,yaitu:
a. Tondi: jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena
itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi didapat sejak seseorang di dalam
kandungan. Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan
sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari
sombaon yang menawannya.
b. Sahala:
jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki
tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta,
tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
c. Begu:
tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku
manusia, hanya muncul pada waktu malam.
Beberapa
begu yang ditakuti oleh orang Batak, yaitu:
o Sombaon,
yaitu begu yang bertempat tinggal di pegunungan atau di hutan rimba yang gelap
dan mengerikan.
o Solobean,
yaitu begu yang dianggap penguasa pada tempat tempat tertentu
o
Silan,
yaitu begu dari nenek moyang pendiri hutan/kampung dari suatu marga
o
Begu Ganjang,
yaitu begu yang sangat ditakuti, karena dapat membinasakan orang lain menurut
perintah pemeliharanya.
5. Adat Istiadat
Adat
adalah bagian dari pada Kebudayaan, berbicara kebudayaan dari suatu bangsa atau
suku bangsa maka adat kebiasaan suku bangsa tersebut yang akan menjadi
perhatian, atau dengan katalain bahwa adat lah yang menonjol didalam
mempelajari atau mengetahui kebudayaan satu suku bangsa, meskipun aspek
lain tidak kalah penting nya seperti kepercayaan, keseniaan,kesusasteraan dan
lain-lain.
Dahulu
kala keseluruhan aspek kehidupan orang Batak diatur oleh dan didalam adat. Gunanya
ialah untuk menciptakan keterarturan didalam masyarakat. Kegiatan sehari-hari
didalam hubungan sesama orang Batak selalu diukur dan diatur berdasarkan adat.
Namun
keterbukaan akan suku bangsa lain dan membawa budayanya misalnya melalui
asimilasidan akulturasi (proses percampuran dua budaya atau lebih) , dan agama
yang melarang untuk terlibat dalam adat mempengaruhi sikap pada adat dan
tradisi membuat cenderung semakingoyang. Artinya muncul sikap tidak lagi
membutuhkan adat istiadat warisan nenek moyang,meskipun masih banyak yang
mematuhi dan melaksana-kan adat bahkan dibeberapa suku Batak masih
membutuhkannya didalam pengaturan masyarakat, dan kenyataan dapat
diharapkansebagai suatu alat pemeliharaan moral.
Orang Batak mengenal 3
(tiga) tingkatan adat yaitu:
a. Adat Inti adalah seluruh
kehidupan yang terjadi (in illo tempore) pada permulaan penciptaan dunia oleh
Dewata Mulajadi Na Bolon. Sifat adat ini konservatif (tidak berubah).
b. Adat Na taradat adalah adat yang secara nyata dimiliki oleh kelompok desa, negeri,
persekutuan agama, maupun masyarakat. Ciri adat ini adalah praktis dan
flexibel, setia pada adat inti atau tradisi nenek moyang. Adat ini juga selalu
akomodatif dan lugas menerima unsur dari luar, setelah disesuaikan dengan
tuntunan adat yang asalnya dari Dewata.
c. Adat Na niadathon yaitu segala adat yang sama sekalibaru dan menolak adat inti dan adat na
taradat, adat na diadatkan ini merupakan adat yang menolak kepercayaan hubungan
adat dengan Tuhan, bahkan merupakan konsep agama baru (Kristen, Islam dll)yang
dipandang sebagai adat, yang justru bertentangan dengan agama asli Batak atau
tradisi nenek moyang. (Sinaga 1983).
Berdasarkan ketiga tingkatan adat tersebut
diatas. Adat yang sekarang dilakoni orang Batak adalah Adat tingkat kedua.
Namun dibeberapa bagaian kelompok Batak sudah mendekati tyingkat ketiga.
Meskipun ini terjadi sadar atau tidak sadar dilakukan.
6. Kesenian
Seni
Bangunan
Rumah adat Batak disebut
ruma/jabu (bahasa Toba) merupakan kombinasi seni pahat ular serta kerajinan.Rumah
akronim Ririt di Uhum Adat yang artinya sumber hukum adat dan sumber pendidikan
masyarakat Batak. Rumah berbentuk panggung yang terdiri atas tiang rumah yang
berupa kayu bulat, tiang yang paling besar disebut tiang persuhi. Tiang-tiang
tersebut berdiri di tiap sudut di atas batu sebagai pondasi yang disebut batu
persuhi. Bagian badan terbuat dari papan tebal, sebagai dinding muka belang,
kanan dan kiri, dinding muka belakang penuh ukiran cicak. Atap sebelah barat
dan timur menjulang ke atas dan dipasang tanduk kerbau sebagai lambang
pengharapan.
Seni Tari
Tari yang terkenal dari Batak, yaitu tor-tor. Tari tor-tor terdiri dari
beberapa jenis. Beberapa jenis tari tor-tor sebagai berikut:
·
Pangurdot, anggota badan yang bergerak
hanya kaki, tumit, hingga bahu.
·
Pangeal, anggota badan yang bergerak hanya
pinggang, tulang punggung, dan bahu.
·
Pandenggal, anggota badan yang bergerak
hanya lengan, telapak tangan hingga jari tengah.
·
Siangkupna, anggota badan yang bergerak
hanya leher.
·
Hapunana, anggota badan yang bergerak
hanya wajah.
|
Seni Musik
Seni musik suku bangsa Batak adalah ogung
sabangunan. Peralatan yang digunakan adalah empat gendang dan lima taganing
(sejenis gamelan Batak). Nama-nama gendang ogung, yaitu oloan, ihutan, doal,
dan jeret.
Macam-macam tari tor-tor yang diiringi ogung sabangunan sebagai berikut:
a.
Tor-tor/gondang mula-mula, dilakukan
dengan menyembah berputar ke arah mata angin.
b.
Tor-tor/gondang mangido pasu-pasu,
dilakukan dengan tangan menari artinya petuah, nasihat, dan amanat orang tua.
c.
Tor-tor/gondang liat-liat, dilakukan dengan
menari berkeliling artinya keluarga mendapat kebahagiaan.
d.
Tor-tor/gondang hasahatan, dilakukan
dengan menari di tempat artinya petuah/rahmat Tuhan YME.
Seni Kerajinan
Kerajinan suku bangsa Batak yang terkenal adalah
kain ulos. Peranan ulos bagi masyarakat Batak sejak lahir hingga meninggal
sangat tinggi. Macam-macam ulos dan fungsinya dalam suatu acara, meliputi:
a.
ulos lobu-lobu adalah ulos yang diberikan
ayah kepada putra dan menantu saat pernikahan
b.
ulos hela adalah ulos yang diberikan orang tua
pengantin perempuan;
c.
ulos tondi adalah ulos yang diberikan orang
tua kepada putrinya saat hamil tua.
d.
ulos tujung adalah ulos yang diberikan
kepada janda atau duda.
e. ulos saput adalah ulos penutup jenazah yang diberikan paman almarhum jika
yang meninggal laki-laki.
7. Bahasa
Dalam kehidupan dan pergaulan
sehari-hari, orang Batak menggunakan beberapa logat:
o Logat
Karo yang dipakai oleh orang Karo
o Logat
Pakpak yang dipakai oleh Pakpak
o Logat
Simalungun yang dipakai oleh Simalungun
o Logat
Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing.
Bahasa Batak
bisa dibagi menjadi beberapa kelompok:
a. Bahasa Batak Utara
·
Bahasa Alas
·
Bahasa Karo
b. Bahasa Batak Selatan
·
Bahasa
Angkola-Mandailing
·
Bahasa
Pakpak-Dairi
·
Bahasa Simalungun
·
Bahasa Toba
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Suku / masyarakat Batak hidup di kawasan Sumatra
Utara. Sebagian masyarakat yang tinggal di daerah ini adalah masyarakat Batak.
Suku Batak pertama sekali mendiami daerah karodan kawasan danau Toba. Sebagian
masyarakat batak bercocok tanam di irigasi dan ladang. Dismping bercocok tanam,
pertenakan juga merupakan suatu mata pencaharian yang penting bagi orang batak
umumnya. Di daerah pinggiran danau toba, biasanya masyarakat Batak menangkap
ikan dengan perahu lesung. Masyarakat Batak pada umumnya beragama kristen dan
hanya sedikit yang memeluk agama Islam. Walaupun demikian masyarakat perdesaan
suku Batak tetap memepertahankan agama aslinya. Orang batak percaya bahwa, yang
menciptakan alam semesta ini adalah debata(ompung) mula jadi na bolon. Dia
tinggal diatas langit dan mempunyai nama-nama seseui tugasnya. Walau terjadi
unifikasi hukum nasional buat seluruh masyarakat Indonesia, namun
budaya Batak tetap akan terus dijaga.
Kebudayaan yang dimiliki suku Batak ini menjadi salah
satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang perlu tetap dijaga
kelestariannya. Dengan membuat makalah suku Batak ini diharapkan dapat lebih
mengetahui lebih jauh mengenai kebudayaan suku Batak tersebut dan dapat
menambah wawasan serta pengetahuan yang pada kelanjutannya dapat bermanfaat
dalam dunia kependidikan.
Daftar
Pustaka
http://ksupointer. Com/2009/
suku batak/
http:
// ragambudayanusantara.blogspot.com//, Senin, 25 Agustus 2008
http://habatakon01..com
Comments
Visit the Lucky Club Casino website for all you need to know about the online casino. See what players have to say and place your bets before your 카지노사이트luckclub